Keberadaan Pasar Wisata Pangandaran yang berada di perbatasan Desa Pananjung dengan Desa Pangandaran, Kecamatan/Kabupaten Pangandaran memiliki sejarah panjang dari masa ke masa.
Pasar Wisata atau PW tersebut pernah menjadi primadona wisata sebagai sarana wisatawan yang berwisata ke Pangandaran untuk berbelanja berbagai cendera mata.
Pendirian Pasar Wisata Pangandaran dilatarbelakangi banyaknya pedagang yang berjualan ke jalur pantai Pangandaran.
Kondisi tersebut berdampak pada keindahan pantai Pangandaran yang semula asri, indah dan nyaman menjadi kumuh lantaran dipenuhi pedagang yang mendirikan tenda untuk berjualan di tepi pantai Pangandaran.
Nama Pasar Wisata Pangandaran sebelumnya adalah Pasar Seni yang dihuni Pedagang Kaki Lima atau PKL pada tahun 1988 dengan jumlah 240 pedagang.
Sempat Mengalami Kebakaran
Pada tahun 1993 Pasar Seni mengalami kebakaran sehingga pedagang yang berada dilokasi tersebut kembali berjualan ke tepi pantai Pangandaran.
Pedagang kemudian mendirikan organisasi Himpunan Pedagang Pasar Wisata Pangandaran atau HP2WP tahun 1998.
Harapan dari berdirinya organisasi Himpunan Pedagang Pasar Wisata Pangandaran atau HP2WP menjadi pusat kreativitas dan perputaran ekonomi masyarakat.
Himpunan Pedagang Pasar Wisata Pangandaran atau HP2WP kemudian melakukan pendataan pedagang tahun 1999 dan berganti nama menjadi Pasar Wisata.
Sumber Dana Pembangunan Pasar Wisata Pangandaran
Pembangunan Pasar Wisata bersumber dari APBD Kabupaten Ciamis senilai Rp2,3 Miliar diatas lahan seluas 2,7 hektar milik Pemerintah Daerah Ciamis.
Pasar Wisata atau PW ini dibangun sebanyak 8 Blok yang terdiri dari 160 kios dengan ukuran 3×4 meter.
Blok A hingga Blok D berada pada wilayah Desa Pananjung, sedangkan Blok E hingga Blok H terletak di wilayah Desa Pangandaran.
Kios yang dibangun di Pasar Wisata Pangandaran berstatus hak guna pakai dan diperuntukan bagi pelaku usaha.
Namun sangat disesalkan, keberadaan Pasar Wisata oleh pengguna banyak yang disewakan sebagai tempat hunian.
Latarbelakang kios tersebut disewakan karena banyak pelaku usaha yang gulung tikar dan memilih berjualan ke tepi pantai Pangandaran.
Hingga akhirnya secara perlahan kios tersebut banyak berdiri warung remang-remang dan jadi tempat praktek prostitusi. Stigma negatif pun akhirnya mencuat dari nama Pasar Wisata kerap dipelintir menjadi Pasar Wanita.
Pasar Wisata Pangandaran Pernah Mendapat Stigma Negatif
Pasar Wisata Pangandaran kini menjadi lokasi tempat parkir rombongan Bus Pariwisata. Adanya Pasar ini sempat memberikan dampak positif terhadap ekonomi warga Pangandaran.
Warga setempat, Ano mengatakan, stigma negatif terhadap Pasar Wisata menjadi Pasar Wanita terjadi pada tahun 2003.
“Sejak kios jadi hunian, banyak praktek prostitusi terjadi dan hiburan malam semakin marak di Pasar Wisata,” kata Ano, Kamis (29/12/2022).
Padahal Pemerintah Daerah Ciamis waktu itu hanya memperuntukan kios sebagai tempat untuk usaha. Karena kios pelaku usaha disewakan dan beralih fungsi menjadi hunian, tepi pantai Pangandaran akhirnya dipenuhi tenda biru PKL yang berasal dari Pasar Wisata Pangandaran.
“Stigma negatif Pasar Wisata jadi Pasar Wanita telah menyebar kemana-mana karena hampir setiap malam lokasi tersebut jadi tempat pesta pora dan hura-hura,” tambahnya.
Pernah seorang siswi SLTA datang ke Pasar Wisata hendak membeli souvenir, karena stigma negatif Pasar Wisata jadi sarang prostitusi akhirnya siswi SLTA itu dipanggil pihak sekolah untuk diminta keterangan ketika datang ke Pasar Wisata.
Harapan Bupati Pangandaran
Bupati Kabupaten Pangandaran Jeje Wiradinata merasa prihatin terhadap kondisi yang terjadi di Pasar Wisata Pangandaran. Karena secara struktur di lokasi tersebut tidak ada Rukun Warga dan Rukun Tetangga.
Koordinasi dari Pemerintah Desa saja kepada penghuni Pasar Wisata kerap terkendala lantaran tidak ada Rukun Warga dan Rukun Tetangga.
Bahkan untuk menjaga kondisi keamanan lingkungan pun sulit karena tidak ada kesadaran penghuni menjalankan aktivitas sosial seperti Siskamling.
Mayoritas penghuni yang tinggal di Pasar Wisata atau PW kali ini adalah pendatang yang bukan identitas warga Pangandaran.
“Kami rencananya akan melakukan rehab total terhadap lokasi Pasar Wisata Pangandaran dan kedepan akan dijadikan sarana fasilitas umum penunjang Pariwisata,” pungkas Jeje. (timesindonesia)