Krisis energi dan global yang melanda dunia saat ini, faktor utama pemicunya disebabkan oleh peperangan antara Rusia dengan Ukraina. Kedua negara ini secara ekonomi merupakan sumber pangan dunia, khususnya gandum dan minyak bunga matahari.
Rusia dan Ukraina adalah pasok 30% kebutuhan gandum dunia, dengan rincian 10% pasokan dari Ukraina, 20% dari Rusia. Ukraina selain pemasok gandum dunia, juga sebagai pemasok minyak bunga matahari dunia sebesar 15% kebutuhan dunia.
Di lain pihak, selain terganggunya pasokan pangan dunia yang berasal dari kedua negara tersebut, juga karena Laut Hitam atau populer dengan sebutan Black Sea, sebagai jalur perdagangan internasional di kawasan itu, tidak dapat dipakai lagi sebagai jalur pelayaran perdagangan internasional karena dilakukan blokade oleh Rusia. Dengan demikian praktis, pasokan energi, dan pangan dunia terganggu, sehingga berujung pada krisis energi dan pangan dunia
Akibat krisis tersebut, konon 1 dari 8 anak di Amerika Serikat mengalami kelaparan. Banyak orang-orang Amerika kehilangan pekerjaannya sehingga mereka terpaksa hidup menggelandang karena tidak mampu menyewa lagi rumah dengan tidur dijalanan memasang tenda tenda bak pengungsi bencana alam
Makanya tidak heran kalau kemudian dampak perang Rusia Ukraina telah mendorong terjadinya krisis energi dan pangan global
Konflik dalam bentuk apapun, terlebih peperangan fisik secara langsung antar negara adalah sesuatu yang tidak ada gunanya, karena itu merugikan rakyat, tegas Prabowo dalam sesi diskusi Global Security Forum G20 Bali
Lebih lanjut Prabowo menjelaskan, bahwa Indonesia dengan populasi penduduk sebesar 1,9% per tahun, itu artinya akan lahir sebanyak kurang lebih 5 juta bayi lahir per tahun, itu artinya setara dengan penduduk Singapura, atau dalam kurun waktu 10 tahun akan sama dengan penduduk negara Malaysia.
Dengan populasi sebesar itu, diperlukan kerjasama para pemimpin untuk mengantisipasi dan bekerja keras agar rakyat tidak kelaparan. Caranya melakukan inovasi teknologi produksi pertanian dan diversifikasi pangan serta sumber protein bagi rakyat dan balita untuk mencegah stunting.
Pada kesempatan yang sama, Jendral Wesley Clark menyampaikan bahwa, diskusi intensif dan bersifat antispasi justru datang dari para kalangan militer yang salah satunya adalah Prabowo Subianto sebagai Menhan, sebagai pihak yang aktif melakukan diskusi diskusi tentang ketahanan pangan tersebut.
Kembali kepada persoalan pangan nasional
Dengan populasi penduduk nasional sebesar 1,9%, adalah sebuah tantangan tersendiri. Karena bukan hanya hanya memenuhi perut rakyat kenyang, tetapi bagaimana kecukupan gizi bagi para balita agar tumbuh normal sesuai kebutuhan. Dan itu bagian dari mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemecahan Krisis pangan global, di antaranya adalah singkong dan kedelai, merupakan sodoran alternatif yang ditawarkan Prabowo pada forum internasional dengan tegas dan percaya diri. Artinya, sodoran itu, mengandung makna dan tujuan lanjutan, antara lain : pertama, membukan pengembangan tanaman singkong bersifat komersial, kedua, mendorong UMKM melakukan peningkatan produksi tempat yang selain untuk kebutuhan dalam negeri, juga bisa didorong sebagai salah satu komoditas ekspor.
Keaktifan Prabowo dalam hal ketahanan pangan untuk rakyat, bagi kita tidaklah terlalu mengherankan. Karena, Prabowo selalu mendengungkan bagaimana konsep pertahanan nasional secara utuh adalah terintegrasinya antara ketahanan pangan, persatuan bangsa dan pertahanan militer yang kuat.
Mungkin itulah salah satu kenapa Indonesia kondisinya jauh lebih baik ketimbangan negara lain yang kesulitan pangan, termasuk di dalamnya Amerika Serikat sekalipun.
Penulis : Nandang Sudrajat (Ketua DPW APPSI Jawa Barat)