Jakarta – Melonjaknya harga cabai merah keriting dan cabai merah besar Rp50.000 per kilogram menjadi Rp70.000 per kilogram, dikeluhkan pedagang. Sebab kKenaikannya cukup tinggi, Rp 20.000 per kilogram.
Salah satunya Aji Pratomo, pedagang (24 tahun) Pasar Senen, Jakarta. “Naiknya gila-gilaan. Biasanya untung banyak, sekarang untung tipis. Kadang malah rugi. Padagang banyak mengeluh,” keluh Aji, Sabtu (15/6/2024) Jakarta.
Menurut Aji, ada dua faktor utama yang menyebabkan kenaikan harga cabai ini. Pertama, perubahan iklim mengakibatkan banyak petani gagal panen akibat cuaca ekstrem, hingga pasokan cabai di pasaran berkurang. Kedua, meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya Idul Adha, karena banyak orang memasak hidangan khas lebaran.
Kenaikan harga ini juga berdampak pada konsumen. Terutama ibu rumah tangga, harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli cabai. Pasalnya cabe salah satu bumbu dapur yang esensial.
“Sekarang beli cabai sedikit saja sudah mahal. Mau tidak mau, harus mengurangi pemakaian cabai di rumah,” ujar Aisyah, salah satu pembeli di Pasar Senen.
Aji berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini. “Pemerintah harus mencari solusi agar harga cabai bisa kembali normal. Kasihan rakyat kecil kalau harga terus naik begini,” harapnya.
Lonjakan harga cabai ini juga berpotensi memicu inflasi dan mengganggu stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, pedagang, dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini dan mengembalikan harga cabai ke level yang wajar dan terjangkau.
Langkah yang dapat dilakukan pemerintah antara lain melakukan intervensi pasar untuk menstabilkan harga cabai melalui operasi pasar. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan produksi cabai dengan memberikan bantuan kepada petani dan program penyuluhan pertanian.
Membangun infrastruktur penyimpanan yang memadai untuk menjaga stok cabai agar tidak mudah rusak juga menjadi solusi yang perlu dipertimbangkan. Dengan kerjasama dari semua pihak, diharapkan harga cabai dapat segera kembali normal dan tidak lagi membebani masyarakat. (Wafiq Nur Azizah)