Sejumlah pedagang Pasar Sore Tenilo, Kabupaten Gorontalo, menolak direlokasi. Alasannya, para pedagang Pasar Sore Tenilo ini tak ingin biaya operasional mereka membengkak. Lagian, menurut para pedagang Pasar Sore Tenilo, lokasi saat ini sudah dekat dengan kediaman mereka.
“Di sini dekat rumah jadi tidak makan biaya,” ucap wanita paruh baya, pedagang ikan di Pasar Sore Tenilo saat diwawancarai TribunGorontalo.com, Senin (14/3/2023). Pedagang lain pun mengutarakan pendapat sama. Mereka sudah dua tahun menempati pasar Tenilo tersebut.
Disamping itu, ikan-ikan laut dan danau selalu laris di pasaran karena dijual seharga Rp 20-25 ribu. “Di sini murah-murah ikannya, pak. Makanya banyak orang belanja di pasar ini,” tutur pria pengemudi bentor saat menunggu penumpangnya berbelanja.
Sebelumnya, Kabid Perdagangan Dinas Perindag Kabupaten Gorontalo, Rahmanto Lahili menuturkan, pihaknya akan mengutamakan mediasi. Bagaimanapun juga, keberadaan pasar perlu ditertibkan sesuai peraturan daerah.
Ia menilai, apabila pemerintah tidak bertindak tegas, maka dikhawatirkan bakal menimbulkan masalah lebih besar. “Kalau tidak diatur, nanti banyak orang bikin pasar di mana-mana,” jelas Rahmanto. Akan tetapi, persoalan ini akan dibicarakan bersama pihak-pihak terkait termasuk DPRD Kabupaten Gorontalo.
“Karena ini menyangkut masalah lintas sektor,” paparnya. Sementara anggota Komisi II DPRD Kabupaten Gorontalo, Iskandar Mangopa menganggap penertiban pedagang merupakan bagian penataan kota.
Menurutnya keberadaan pasar di Jalan Trans Sulawesi disebut mengganggu keindahan kota. Apalagi wilayah Tenilo satu-satunya jalur mobilitas Bandara Djalaludin. “Tidak ada tempat lain kecuali Tenilo itu tempat lintasan, baik pejabat daerah maupun pusat itu lewat di situ,” kata Iskandar kepada TribunGorontalo.com, Selasa (14/3/2023).
“Memang kalau dipikir itu juga merusak keindahan kota,” imbuhnya. Tetapi, saat ini mereka mempertimbangkan aspek belum adanya pasar modern Limboto guna menampung para pedagang.
“Karena kata pemerintah daerah setelah diskusi dengan para penjual pinggir jalan ini, alasannya masih menunggu (pasar modern),” terang Iskandar. TRIBUNNEWS