Kondisi Pasar Kita memprihatinkan. Satu per satu pedagang meninggalkan pasar dan ada juga yang gulung tikar, terutama sejak pandemi Covid-19 melanda.
Sudah tujuh tahun Pasar Modern Pamulang atau Pasar Kita dikelola Pemerintah Kota Tangerang Selatan, tetapi kondisinya memprihatinkan. Satu per satu pedagang meninggalkan pasar dan ada juga yang gulung tikar, terutama sejak pandemi Covid-19 melanda.
Setelah pandemi Covid-19 melandai, upaya penataan Pasar Kita kembali dilakukan. Kamis (16/3/2023), di Pasar Kita, sejumlah aktivitas kios dan warung kopi ramai kedatangan pembeli. Di depan Pasar Kita terdapat beberapa kios dan toko, seperti toko sepatu, toko aksesoris dan bunga, serta aneka kuliner yang sudah buka sejak pukul 09.00.
Namun, di dalam Pasar Kita banyak lapak yang berukuran 2 meter x 2 meter tidak terisi pedagang. Sementara yang masih berjualan hanya lapak-lapak penjual kebutuhan pokok, seperti pedagang sayuran, daging ayam, serta penjual makanan dan minuman. Mereka berjualan dari pukul 06.00 hingga pukul 12.00. Di pasar itu tersedia 160 lapak, sedangkan yang terisi hanya 30-40 lapak.
Nanih (55), pedagang warung kopi, mengatakan, dirinya sudah berdagang di pasar tersebut sejak 2017. Hingga Desember 2019, kondisi pasar masih ramai karena masih banyak pedagang bahan pokok, kuliner, aksesoris kacamata, dan lain-lain.
Namun, sejak pandemi Covid-19, banyak pedagang yang memilih menutup toko dan ada yang meninggalkan lapak dagangannya. Kondisi ini belum pulih hingga sekarang.
”Saya memilih bertahan karena hanya membayar Rp 3.000 per hari per lapak berukuran 2 meter x 2 meter untuk biaya kebersihan, keamanan, dan air bersih kepada pengelola pasar,” katanya.
Pemilik kios makanan, Anang (61), mengaku sudah membeli salah satu kios saat pertama kali dikelola PT Pahala Alam Progres tahun 2012. Kondisi Pasar Kita terus-menerus sepi karena sudah ada Pasar Mandiri di kawasan ruko Pamulang Permai yang berjarak sekitar 2 kilometer saja.
”Saya sudah tidak begitu peduli lagi pasar ini mau sepi atau ramai. Kalau bisa ramai, ya, syukur. Kalau sepi pun saya juga tetap berjualan di sini,” katanya.
Sejak pengelolaan pasar berpindah ke Pemkot Tangsel juga tak banyak berubah. Pembeli masih enggan berbelanja di Pasar Kita.
”Istilahnya, hidup segan, mati tak mau kalau saya lihat kondisi Pasar Kita saat ini,” tutur Anang.
Warga Pamulang Permai, Arini (35), mengatakan, sedikitnya pedagang yang berjualan menjadi salah satu alasannya enggan berbelanja di Pasar Kita. ”Kalau di sini lengkap dagangannya, saya pasti akan belanja ke sini karena lebih dekat, tetapi di sini sepi. Yang ramai di Pasar Mandiri, jadi saya belanjanya ke sana,” ucapnya.
Kepala Pengelola Pasar Kita Ardani menuturkan, pasar modern di Pamulang yang dikenal dengan Pasar Kita sudah ada sejak 2012, tetapi dikelola swasta. Per Agustus 2016, pasar itu diserahkan kepada Pemkot Tangsel.
Namun, kondisi kios atau ruko di Pasar Kita adalah milik perorangan sehingga banyak pemilik yang telah menyewakannya dan ada yang membiarkannya tidak terpakai hingga kini.
Ia menuturkan, ada 160 lapak di dalam Pasar Kita. Pemkot Tangsel hanya mengelola aset lapak dan pelataran atau area untuk parkir. Di samping 160 lapak, terdapat 256 kios, 13 toko, dan 16 ruko di kawasan Pasar Kita yang sudah dimiliki perorangan.
”Selama 2019, seluruh lapak di Pasar Kita terisi dan ramai. Sejak pandemi Covid-19 tiga tahun melanda, kondisi pasar sepi dan banyak kios yang tutup,” ujarnya.
Menurut Ardani, untuk menghidupkan kembali perlu kerja sama semua pihak, termasuk para pemilik kios dan ruko. Sebab, masih banyak kios yang dibiarkan ditutup oleh pemiliknya atau biaya sewa yang tinggi.
”Beberapa waktu lalu, kami adakan pertemuan dengan pemilik kios, toko, dan ruko. Semua sepakat intinya menghidupkan lagi Pasar Kita. Salah satunya mengatur biaya sewa kios, yakni hanya Rp 5 juta per tahun,” ujar Ardani.
Sementara itu, untuk mengisi lapak-lapak pedagang di Pasar Kita, strategi yang dilakukan ialah dengan membangun komunikasi kepada para pemilik perkebunan dan sayuran di daerah Bogor, Jawa Barat. Hal ini agar para komunitas berbagai komoditas bahan pokok itu bisa berjualan di Pasar Kita.
”Kami akan cari para warga sekitar yang ingin berjualan dari berbagai bahan komoditas itu agar ekonomi kerakyatan juga berjalan di sini,” katanya.
Menata PKL
Upaya penataan Pasar Kita dengan merelokasi para pedagang Pasar Mandiri belum berhasil dilakukan hingga saat ini. Para pedagang kaki lima (PKL) itu hingga kini masih berjualan di kawasan ruko Pamulang Permai. Para pedagang itu memanfaatkan lokasi jalan yang mereka gunakan untuk berdagang. Jalan itu berada di belakang area pertokoan, berbatasan langsung dengan perumahan.
Mereka pernah direlokasi dan masuk ke Pasar kita pada tahun 2016, tetapi hanya bertahan beberapa bulan karena sepi. Menurut catatan Kompas, upaya menata dan menertibkan PKL agar berjualan di Pasar Kita juga pernah dilakukan sejak 2012.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Mandiri Safril mengatakan, para pedagang sudah berdagang lebih dari 10 tahun di Pasar Mandiri. ”Kami sudah pernah diminta pindah ke pasar modern pada 2012. Namun, hanya beberapa bulan, ami malah rugi karena tidak ada pembeli,” katanya (Kompas, 1/11/2016).
Para pedagang menolak direlokasi ke pasar modern itu disebabkan kehilangan pendapatan karena kondisi pasar modern yang sepi. Tarmin (57), pekerja yang membersihkan Pasar Mandiri, mengatakan, para pedagang di Pasar Mandiri berjualan pukul 06.00-11.00. Ada 70-an lapak pedagang di kawasan ini.
Ia menuturkan, pernah ada relokasi pedagang yang ada di Pasar Mandiri untuk berjualan di Pasar Kita. Namun, para pedagang merasa rugi sehingga memilih tetap berjualan di Pasar Mandiri hingga hari ini.
Butuh kerja sama
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangsel Heru Agus Santoso menuturkan, pihaknya akan menghidupkan Pasar Kita dengan menata lebih bagus. Apalagi, pihaknya telah menata PKL di Pasar Ciputat beberapa waktu lalu.
”Setelah Pasar Ciputat akan berpindah ke pasar lain, termasuk Pasar Kita. Pasar ini akan menjadi fokus penataan berikutnya untuk segera dibenahi,” katanya.
Ia menuturkan, lapak-lapak Pasar Kita sudah dalam evaluasi zonasi dan sedang dibuka pengisiannya, salah satunya, melalui kerja sama dengan para komunitas komoditas. Sementara ruko dan kios masih dalam pembahasan dengan para pemiliknya untuk program sewa murah.
”Kendala pengelolaan di Pasar Kita karena aset pasar hanya pelataran dan lapak. Hal ini perlu kerja sama semua unsur untuk meramaikannya,” katanya. KOMPAS