Rata-rata stok beras bulanan di Pasar Induk Beras Cipinang di bawah situasi dua tahun sebelumnya. Berkurangnya pasokan dari sentra produksi padi menekan stok beras di gudang milik pedagang. Harga beras bertahan tinggi.
Beda dengan tahun 2021-2022, rata-rata stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang atau PIBC, Jakarta, sepanjang 2023 belum pernah menyentuh 30.000 ton, kini bahkan di bawah 25.000 ton. Situasi pasar beras nasional dinilai tengah tertekan akibat penurunan produksi yang berimbas pada pengadaan cadangan pemerintah.
Laman Pasar Induk Beras Cipinang yang dikelola PT Food Station Tjipinang Jaya menunjukkan, per Kamis (10/8/2023), stok beras PIBC mencapai 24.517 ton. Rata-rata stok harian pada Agustus 2023 sekitar 24.520 ton atau di bawah posisi Agustus dua tahun sebelumnya, yakni 37.520 ton (2021) dan 37.120 ton (2022). Sejak awal 2023, rata-rata stok bulanan di PIBC belum meyentuh angka 30.000 ton, tertinggi terjadi pada Juli 2023, yakni 25.190 ton.
Ketua Koperasi PIBC Zulkifli Rasyid menyebutkan, sejumlah pedagang mengeluhkan kosongnya stok pada gudangnya. ”Kiriman dari daerah, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, berkurang karena kekeringan,” katanya saat dihubungi, Minggu (13/8/2023).
Dia khawatir situasi perberasan lebih buruk dibandingkan dengan tahun lalu. Saat ini kenaikan harga beras medium sudah mencapai Rp 1.000 per kilogram (kg) dan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu yang meningkat Rp 300-Rp 500 per kg. Oleh sebab itu, dia berharap cadangan beras pemerintah (CBP) cukup hingga Desember 2023 dan Perum Bulog menggelar operasi pasar dengan kemasan grosir di PIBC.
Menurut anggota Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) sekaligus Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, situasi di PIBC menjadi salah satu indikator bahwa pasar beras di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Situasi itu menunjukkan melambatnya pertumbuhan produksi. ”Hal ini sangat membutuhkan perhatian dan penanganan yang matang dalam jangka menengah dan panjang,” ujarnya.
Pergerakan stok beras di PIBC, lanjut Bayu, mencerminkan pertumbuhan produksi dalam negeri yang mengecil. Perlambatan itu dipicu oleh faktor iklim, kenaikan harga pupuk, serta konversi lahan pertanian. Perlambatan itu sejalan dengan perkiraan defisit beras bulanan yang diproyeksikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Selama Juli-September 2023, defisit beras per bulan diperkirakan mencapai 150.000 ton, 170.000 ton, dan 100.000 ton. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni surplus 190.000 ton pada Juli 2022, lalu defisit 170.000 ton (Agustus) dan 20.000 ton (September).
Jika ditinjau dalam periode empat bulanan, neraca atau total produksi dikurangi konsumsi beras domestik sepanjang Januari-April 2022, Mei-Agustus 2022, dan September- Desember 2022 masing-masing surplus 3,68 juta ton, defisit 110.000 ton, dan defisit 2,23 juta ton. Di sisi lain, angka realisasi pada periode Januari-April 2023 surplus 2,76 juta ton, sedangkan pada Mei-Agustus 2023 surplus 80.000 ton.
Jika ditinjau dalam periode empat bulanan, total produksi dalam negeri dikurangi konsumsi domestik sepanjang Januari-April 2022, Mei-Agustus 2022, dan September-Desember 2022 masing-masing ialah surplus 3,68 juta ton, defisit 110.000 ton, dan defisit 2,23 juta ton. Di sisi lain, angka realisasi pada periode Januari-April 2023 terjadi surplus 2,76 juta ton, sedangkan proyeksi pada Mei-Agustus 2023 surplus 80.000 ton.
Bayu menambahkan, data PIBC menandakan volume panen yang cenderung merata di setiap bulan. Panen raya tahun ini tidak melonjak seperti dua tahun sebelumnya. BPS mencatat, pada 2022, volume produksi beras dalam negeri memuncak pada Februari-April, dengan angka masing-masing 2,35 juta ton, 5,49 juta ton, dan 4,45 juta ton. Pada tahun ini, produksi beras juga memuncak pada Februari-April dengan angka masing-masing 2,86 juta ton, 5,12 juta ton, dan 3,6 juta ton. Artinya, volume panen raya pada 2023 lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Di sisi lain, Bayu berpendapat, menurunnya jumlah stok di PIBC terjadi karena pedagang beras di luar Jawa langsung mengambil pasokan dari wilayah produksi tanpa melalui Jakarta. Dari segi penyaluran, laman resmi PT Food Station Tjipinang Jaya menunjukkan, 58,86 persen beras keluar dari PIBC ke wilayah DKI Jakarta, sedangkan untuk antarpulau mencapai 26,1 persen.
Stabil tinggi
Kondisi pasokan beras nasional turut berdampak pada pergerakan harga di tingkat pedagang eceran. Panel Harga Badan Pangan Nasional mencatat, rata-rata bulanan harga beras medium di tingkat pedagang eceran selama Juni, Juli, dan Agustus 2023 masing-masing menyentuh angka Rp 11.850 per kg, Rp 11.900 per kg, dan Rp 11.970 per kg.
Menurut Bayu, program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta bantuan pangan beras yang menyasar keluarga penerima manfaat (KPM) dengan Bulog sebagai operatornya telah mampu mengendalikan harga di tingkat konsumen meski masih tergolong stabil tinggi. Secara spesifik, dia memperkirakan dua program itu mengisi 7,5 persen dari pangsa pasar beras.
Saat ini, lanjutnya, Bulog menyalurkan beras dalam kemasan 5 kg, salah satunya lewat ritel. Menanggapi usul pedagang PIBC, dia menyebutkan, Bulog tetap menyalurkan beras dalam bentuk grosir pada distributor, tetapi dengan eksekusi yang lebih ketat. Kedua langkah itu merupakan strategi untuk menghindari praktik ilegal yang menjual beras SPHP sebagai beras premium demi keuntungan pribadi.
Dari segi pengadaan, dia menyatakan, Bulog menghadapi tantangan El Nino yang mengancam penurunan produksi beras sebagai sumber pengadaan CBP dalam negeri. Pengadaan dari luar negeri juga menantang lantaran sejumlah negara produsen mengurangi keran ekspornya dan harga beras di pasar internasional berpotensi naik.
Sementara itu, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto memaparkan telah memitigasi penurunan potensi produksi beras pada semester II-2023 dari posisi pada semester I-2023 dengan menyerap gabah/beras hasil panen petani sebanyak-banyaknya. Realisasi pengadaan hingga Kamis (10/8/2023) mencapai 780.000 ton.
”Kami juga berkoordinasi secara intens dengan negara sumber impor untuk percepatan kedatangan beras impor ke Indonesia. Saat ini realisasinya (beras impor) sudah mencapai 1,6 juta ton. Menyikapi dampak El Nino ini, masyarakat jangan khawatir karena stok beras yang dikuasai Bulog seanyak 1,33 juta ton,” tuturnya dalam siaran pers yang diterima, Jumat (11/8/2023). KOMPAS