Larangan impor thrifting atau baju bekas dikeluhkan oleh sebagian penjual pakaian bekas impor di Solo. Menurut pedagang thrifting di Pasar Klitikan, Kecamatan Pasar Kliwon, saat ini bisnis thrifting sedang bagus dan banyak event thrifting di Solo.
Sedikitnya ada tiga lokasi di Solo yang menjual pakaian bekas impor, yakni di Pasar Klitikan dan Pasar Gading, Kecamatan Pasar Kliwon, serta di Pasar Ngundi Rejeki Gilingan, Kecamatan Banjarsari.
“Thrifting saat ini baru booming. Tapi seperti ini musiman. Apalagi ini menjelang Ramadan. Lebaran tahun kemarin ramai banget (pembelinya), meski barang bekas,” kata Shela saat ditemui detikJateng, Kamis (16/3/2023).
Shela menjaga toko thrifting milik orang tuanya. Sebelumnya keluarganya berjualan di Banjarsari, lalu pindah ke Pasar Klitikan. Tokonya menjual pakaian bekas seperti baju, kemeja, jaket, dan celana. Harganya dari Rp 35 ribu sampai Rp 200 ribuan.
Shela mengatakan barang thrifting itu dari Jakarta dan Surabaya. Seiring adanya larangan impor pakaian bekas, harga barang untuk kulakan meningkat.
“Karena ada kebijakan itu, barang susah nyarinya, jadi harga kulakannya naik. Karena adanya kebijakan itu, kita juga tertekan,” ucapnya.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo Heru Sunardi mengatakan impor thrifting sebenarnya tidak diizinkan sejak dulu. Sebab dikhawatirkan adanya virus yang melekat.
“Kebijakan ini lebih efektif dilakukan di level atas. Jika impornya dilarang, maka barang yang beredar akan habis. Tapi kalau ada impor gelap, nanti urusannya di Bea Cukai,” kata Heru.
Heru mengakui masih banyak peminat barang thrifting. Menurut dia, pelanggannya kebanyakan dari luar Solo. Saat ini Disdag Kota Solo belum mengeluarkan kebijakan terkait perdagangan baju bekas di Solo.
Sementara itu, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, kebijakan soal thrifting memang sudah dibahas. “Nanti kami tindak lanjuti lagi, mesakke (kasihan) industri lokal,” kata Gibran. DETIK