Harga telur di DKI Jakarta terpantau naik pada Senin (15/5). Dilansir Info Pangan Jakarta, rata-rata harga telur ayam ras dibanderol Rp30.923 per kilogram (kg), naik Rp214 dibanding pada Minggu (14/5).
Harga telur ayam ras paling mahal dijual di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan, yakni Rp34 ribu per kg. Sementara paling murah di Pasar Cibubur, Jakarta Timur, seharga Rp28 ribu per kg.
Harga telur di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan juga naik ke Rp33 ribu per kg dari Rp31 ribu pada Minggu (14/5). Kemudian di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, dibanderol Rp32 ribu per kg, naik dari Rp31 ribu per kg dari Minggu (14/5).
Sementara di pasar lainnya, harga telur terpantau stabil hari ini, diantaranya di Pasar Minggu seharga Rp32 ribu per kg, Pasar Pramuka Rp30 ribu per kg, Pasar Jatinegara Rp30 ribu per kg, dan Pasar Paseban Rp28 ribu per kg.
Sementara, mengutip hargapangan.id, Senin (15/5), harga telur ayam di Papua Barat melonjak hingga Rp38.700 per kg. Harga tersebut adalah yang paling mahal di Indonesia.
Di Papua, harga telur ayam bahkan dijual Rp37.100 per kg, Sedangkan di DKI Jakarta, harga telur ayam dijual Rp32 ribu per kg.
Sementara itu peternak ayam mengatakan kenaikan harga telur di pasar adalah hal wajar karena biaya produksi saat ini tinggi.
Ketua Asosiasi Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Rofi Yasifun menyebut harga telur naik juga terjadi karena permintaan juga naik. Menurutnya, setelah libur panjang Lebaran 2023, semua pedagang pesan telur ke peternak.
“Kalau harga telur di on farm (kandang) Rp26 ribu (per kg), hal ini (kenaikan harga di pasar) wajar karena biaya produksi sekarang juga tinggi. Sehingga harga telur di konsumen sekitar Rp29 ribu-Rp30 ribu (per kg) adalah wajar,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (15/5).
Selain itu, Rofi juga menyinggung soal program Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang membagikan bantuan sosial (bansos) telur kepada keluarga rentan stunting (KRS) di 7 provinsi. Ia menyebut program tersebut juga membuat pesanan telur ke peternak melonjak.
Rofi menyebut kenaikan harga telur selepas Idulfitri biasanya terjadi hingga H+21 sampai dengan H+27. Hal tersebut juga terjadi pada Lebaran kali ini, meski puncak kenaikan harga diklaim sudah mulai landai.
“Demand naik, orang hajatan ramai, hidup kembali normal. Setelah libur panjang pedagang semua order telur dan ada tambahan program untuk KRS. Puncak harga saat ini sudah berlalu dan turun landai mulai Sabtu kemarin,” tuturnya.
Ia pun mengapresiasi program bansos Bapanas kepada KRS. Menurutnya, selain bisa menurunkan tingkat stunting, program itu membantu perekonomian peternak rakyat dengan membuat harga telur menjadi di atas harga pembelian pemerintah (HPP).
“Ini bisa membantu meningkatkan demand telur dan daging ayam, sehingga harga akan bisa di atas HPP sehingga ada margin dan bisa berproduksi dengan baik. Karena harga sering di bawah HPP di kandang atau on farm selama ini, apalagi saat pandemi kami banyak yang gulung tikar. Masih di ambang wajar kenaikannya (harga telur di pasar), peternak untung konsumen tersenyum,” tutupnya.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut pemerintah memang mengupayakan harga telur yang baik di level peternak. Hal ini dilakukan demi meningkatkan produktivitas peternak, termasuk dengan melibatkan mereka di program bansos untuk KRS.
“Harga telur memang kita jaga di tingkat peternak agar peternak dapat melanjutkan produksi dan meningkatkan produktivitasnya,” kata Arief saat dikonfirmasi. CNNINDONESIA